a-ka-ki sebuah puisi
aku,
terisi dengan dirimu,
aku,
menahan gerimis yang terlalu lama runtuh,
aku,
ukir senyuman dalam berdarah, darah luka yang bernanah,
aku,
hidangkan madu, biarpun lebah masih menghurungku,
aku,
tidak kisah, tidak peduli, degil,
kerna ia sempurna,cukup sempurna.
kamu,
tona baru dalam warna ku,
kamu,
kelopak emas dalam tamanku, taman yang suram,
kamu,
bayu yang bisa sejukkan terik mentari,terik mengigit,
kamu,
cukup sabar, sabar dengan kewarasanku yang tidak banyak,
kamu,
tidak kisah, tidak peduli, degil,
kerna ia tak sempurna, sangat tidak.
kita,
lalui pulau,bukit,tanah tinggi,tanah sejarah
kita,
gelak tawa, sedih hiba, silih berganti,
kita,
makhluk pelik, pelik tentang semua,
kita,
cuba dan cuba, namun tembok itu tetap utuh,
kita,
tidak kisah, tidak peduli, degil,
harapkan ia sempurna, hanya harapan.
dan aku,
bersama kebodohan ku, kebebalan ku,
dalang yang menyesatkan,
aku, ya aku,
ludah keatas, akhirnya terpalit kembali,
berikanku masa itu, masa yang aku siakan,
tersia diriku yang sial.
[ahmad kamal masrur 11.8.11 2342]